Ayam Goreng Widuran Solo: Kontroversi Non-Halal, Sejarah, dan Pelajaran

Ayam Goreng Widuran Solo: Kontroversi Non-Halal, Sejarah, dan Pelajaran -,Ayam Goreng Widuran Solo, kuliner legendaris yang udah jadi favorit warga lokal dan wisatawan, belakangan ini bikin heboh gara-gara isu non-halal. Apa sih yang bikin rumah makan ini disorot? 

Dari mana asal-usulnya, dan apa pelajaran yang bisa kita ambil? Yuk, kita ulas santai tentang perjalanan Ayam Goreng Widuran, lengkap dengan fakta penting yang wajib kamu tahu.

Ayam Goreng Widuran Solo: Kontroversi Non-Halal, Sejarah, dan Pelajaran

Kontroversi Terkini: Isu Non-Halal yang Mengguncang

Mei 2025, Ayam Goreng Widuran jadi perbincangan panas di medsos setelah terungkap bahwa kremesan ayamnya digoreng pakai minyak babi, alias non-halal. Banyak pelanggan, terutama umat Muslim, kecewa karena merasa tertipu. Selama ini, restoran di Jalan Sutan Syahrir, Jebres, Solo, nggak mencantumkan label non-halal, bahkan sempat pakai logo halal, menurut beberapa warganet. 

Kekecewaan membanjiri Google Review, dengan ulasan negatif soal kurangnya transparansi. Manajemen akhirnya minta maaf lewat Instagram pada 23 Mei 2025, dan kini label “Non-Halal” terpampang di outlet dan Google Maps. Wali Kota Solo, Respati Ahmad Ardianto, bahkan turun tangan, menutup sementara restoran pada 26 Mei untuk asesmen ulang. Muhammadiyah juga desak kasus ini diproses hukum, karena dianggap langgar UU Jaminan Produk Halal.

Awal Mula Berdiri: Legenda Kuliner Sejak 1973

Ayam Goreng Widuran berdiri sejak 1973 di Jalan Sutan Syahrir No. 71, Kepatihan Kulon, Jebres, Solo. Restoran ini dikenal dengan ayam kampung goreng berbumbu rempah tradisional Jawa, tekstur daging empuk, dan kremesan renyah yang bikin ketagihan. Harga menu cukup ramah kantong, mulai Rp33.000 per potong sampai Rp130.000 untuk satu ekor utuh, lengkap dengan sambal bawang atau matah. 

Sejak awal, pelanggan mayoritas non-Muslim, tapi nggak sedikit umat Muslim yang juga doyan. Proses memasak tradisional tanpa bahan pengawet jadi ciri khas, bikin Widuran punya tempat spesial di hati pecinta kuliner Solo. Bahkan, restoran ini udah buka cabang di Bali, lho.

Pelajaran dari Kontroversi

Kasus Ayam Goreng Widuran ngasih beberapa pelajaran berharga, nggak cuma buat pelaku usaha kuliner, tapi juga konsumen:

  • Transparansi Itu Penting: Pelaku usaha wajib kasih info jelas soal status halal atau non-halal. Label yang nggak jelas bisa bikin konsumen ngerasa dibohongi.
  • Cek Sertifikasi Halal: Konsumen perlu proaktif cek logo halal resmi dari MUI atau Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Jangan cuma percaya logo tanpa verifikasi.
  • Regulasi Harus Diperketat: Kasus ini nunjukin perlunya pengawasan ketat dari pemerintah soal pelabelan makanan, biar nggak ada lagi kasus serupa.
  • Respon Cepat: Permen nomor 1360 Tahun 2021 soal label halal wajib diterapin. Manajemen Widuran udah minta maaf dan pasang label non-halal, tapi keterlambatan ini bikin reputasi terdampak.

Pelajaran ini bisa bikin kita lebih aware, baik sebagai penjual maupun pembeli.

Informasi Penting Lain tentang Ayam Goreng Widuran

Ada beberapa fakta lain yang menarik soal Ayam Goreng Widuran:

  • Ikon Kuliner Solo: Sejak 1973, Widuran jadi destinasi wajib buat pecinta ayam goreng kampung. Lokasinya deket GBI Keluarga Allah Solo, sering dikunjungi jemaat usai ibadah.
  • Harga dan Menu: Selain ayam utuh, ada pilihan setengah ekor (Rp66.000-Rp71.000) dan potongan paha/dada. Sambal variatif bikin pengalaman makan makin seru.
  • Dampak Kontroversi: Meski kena sorotan, restoran tetap ramai, terutama pelanggan non-Muslim dan driver ojek online. Tapi, penutupan sementara bikin pegawai khawatir soal nasib mereka.
  • Tindakan Pemerintah: Dinas Perdagangan Solo bakal cek lebih lanjut pada 27 Mei 2025, dan Wali Kota ancam sanksi kalau kasus serupa terulang.

Kasus ini juga ngingetin pentingnya komunikasi terbuka antara pelaku usaha dan pelanggan.

Kesimpulan: Belajar dari Ayam Goreng Widuran

Ayam Goreng Widuran Solo, yang udah jadi legenda sejak 1973, kini lagi di ujung tanduk gara-gara isu non-halal. Kremesan yang digoreng pakai minyak babi bikin banyak pelanggan kecewa, apalagi karena kurangnya transparansi selama puluhan tahun. Meski manajemen udah minta maaf dan pasang label non-halal, kasus ini ngasih pelajaran besar soal pentingnya kejujuran dan regulasi ketat. 

Buat kamu yang suka kuliner, selalu cek sertifikasi halal sebelum makan, ya. Dan buat pelaku usaha, transparansi adalah kunci biar pelanggan tetap percaya. Apa pendapatmu soal kasus ini? Tulis di kolom komentar.

Tags: Ayam Goreng Widuran Solo, kontroversi non-halal, kuliner Solo, kehalalan makanan, transparansi kuliner

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

Unggulan

Cari Jasa Les Privat Al-Quran atau Guru Ngaji di Pekanbaru? Raudhatul Quran Solusinya

Pekanbaru, Raudhatul Quran - Sebagai seorang Muslim, mempelajari Al-Quran adalah kewajiban yang harus dilakukan. Al-Quran sebagai pedoman hidup bagi umat Islam mengandung banyak nilai dan ajaran yang penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.  Namun, tidak semua orang mampu mempelajari Al-Quran dengan mudah. Oleh karena itu, jasa les privat Al-Quran menjadi solusi yang tepat bagi mereka yang ingin belajar Al-Quran secara intensif. Les Privat Raudhatul Quran  Apa itu jasa Les Privat Raudhatul Quran? Jasa les privat Raudhatul Quran Pekanbaru adalah salah satu penyedia layanan pengajar Al-Quran yang berpengalaman dan terlatih secara khusus untuk mengajar Al-Quran dengan cara yang efektif dan efisien yang ada di Pekanbaru. Tim dari Raudhatul Quran Pekanbaru akan memberikan materi pelajaran Al-Quran yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kemampuan siswa.  Jasa les privat Al-Quran tidak hanya memberikan pengajaran mengenai bacaan Al-Quran, namun jug...

Iklan Baris